Pengolahan sampah di SMA Negeri 3 Pasuruan. Jawa Timur, Indonesia

0 komentar


jangan biarkan sampah berkeliaran

Bicara SMA Negeri 3 Pasuruan pasti tidak akan pernah luput dari system adiwiyata, sekolah yang menyusun adiwiyata ini memiliki banyak cara dalam mendukung program adiwiyata. Terutama dalam hal pengolaan sampah. pengolaan sampah ini bertujuan untuk menanggulangi sampah yang terbuang percuma dan untuk memanfaatkan kembali sampah tersebut menjadi barang-barang yang bisa berguna lagi nantinya.
Dalam proses pengolahan sampah ini terdapat banyak tahapan-tahapan yang perlu di perhatikan, hal pertama yang di lakukan ialah meminimalisir penggunaan barang-barang  yang sulit terurai dan sekali pakai, seperti plastic,sterofoam dls. Dan menggantinya dengan bahan yang dapat digunakan kembali. Langkah awal ini bertujuan agar sampah yang sukar teruai tidak terlalu banyak hingga dapat di olah kembali dan tak banyak pula yang di buang.
Langkah selanjutnya ialah pemilahan sampah, pemilahan ini bertujuan agar sampah mudah di kelola sesuai dengan jenisnya, dalam pemilahan ini pihak sekolah memfasilitasi sampah dengan 3 farian warna [merah(berbahaya), kuning(kering) & hijau(basah)]  yang di sediakan di setiap depan ruang kelas dan ruang-ruang atau tempat-tempat tertentu.
Pemilahan ini meliputi sampah basah, kering dan berbahaya. Tempat Sampah yang berwarna hijau ini untuk sampah basah seperti dedaunan,buah-buahan dll. Tempat Sampah yang berwarna kuning untuk sampah kering seperti plastik,kertas dll. Tempat Sampah yang berwarna merah untuk sampah yang berbahaya seperi potongan besi,pecahan kaca dll.
Untuk postingan saya kali ini saya hanya akan membahas pengolahan sampah yang berada pada tempat sampah berwarna hijau alias sampah basah, dalam pengelolaan sampah basah ini di kelola menjadi kompos berikut adalah proses pengolaan sampah menjadi pupuk kompos
Pertama-tama sampah2 yang di pilah di ambilal sampah basah (terutama dedaunan yg sudah kering) kemudian sampah tersebut di cacah menggunakan bantuan mesin, di ayak agar di dapatkan cacahan dedaunan yang agak halus kemudian masukan ke dalam tong
Setelah di dapatkan cacahan daun tersebut kemudian campurkan bahan-bahan lainnya, aduk hingga merata setelah itu di tutup rapat, biarkan bahan-bahan tersebut bereaksi selama kurang lebih 1 sampai 2 minggu. Pupuk sudah siap dan tinggal di kemas
Demikian postinganku tentang pengelolaan sampah yang ada di sekolahku tercinta (SMA Negeri 3 Pasuruan) semoga bermanfaat dan bukan hanya di sekolahku saja yang cinta lingkungan, semoga yang baca postingan ini juga memiliki kesadaran untuk bisa mencintai,menjaga dan melestarikan lingkungan, Amiin ..





Read More »

Tentang Guruku

0 komentar
WELCOME (Bukan Kesset) di blogku. untuk postingan kali ini saya ingin memaparkan sesosok guru saya yang telah menugasi saya membuat blog ini, langsung saja sesuai judul postingan "Tentang Guruku" aku akan memaparkannya harap di baca dengan seksama dan berdo'alah sebelum membacanya ..


Profil :
Nama : Laily Abidah
TTL    : Saya nggk tau Beliau lahir dimana,tanggal berapa soalnya waktu itu saya masih belum lahir dan bahkan mungkin waktu guruku lahir orang tuaku masih pacaran, jadi kalau mau tau tanya langsung saja ke orangnya
Hobi   : belum sempet nanya tapi dari kelihataannya bisa di simpulkan sendiri nanti

Guruku cewek ( Udah jelas dari namanya ) Cantik pastinya, imut juga (Dikit), baik tapi crewet dan lagi yang paling aku suka darinya LUCU alias GOKIL abiiiis orangnya, kalo ngajar dia santai tapi serius dan lagi disiplin tingkat menara eifel sangking disiplinnya kalo praktek blum selesai tepat waktu kita harus mengulangnya dari awal bayangkan coba.


HEBATnya dari  guruku itu kalo neraangkan hampir gak pakek spasi tapi mudah di mengerti, tapi mungkin jika menerangkan agak pelan dikit mungkin itu lebih baik

kritik :
kalau  menerangkan jangan terlalu cepat
saran :
tetap semangat ia bu .. meskipun muridmu seperti ini, terlebih yang seperti aku

Uda itu aja, selepas dari semua Itu guruku perfect, makasih uda mau mengajariku meskipun aku kayak gini orangnya dan ma'af atas kesalahanku baik yang di segaja maupun tidak termasu postinganku MA'AF ia Buuuuuuu .........

Read More »

Danau Ranu

1 komentar
pasuruan memanglah kota kecil tapi bukan berarti tidak memiliki pesona wisata air yang indah. jika danda seang mencari objek wisata air, maka jawabannya dalah Objek wisata Danau Ranu Grati sangat cocok bagi yang gemar berwisata air. Pengunjung bisa memancing, untuk memancing pemancing bisa membawa alat memancing sendiri atau juga bisa menyewa. dan juga ada tempat penyewaan gubuk-gubuk yang bisa buat tempat memancing agar terhindar dari erik mentari. selain memancing ada juga dapat bersepeda air atau naik perahu. Banyak keramba apung sebagai tempat budidaya ikan air tawar seperti gurami, nila merah, mujaher, wader dan ikan lempuk yang dapat dibeli dari nelayan.

Danau Ranu Grati merupakan obyek pariwisata utama di wilayah ini. Danau ini bisa diakses dari Jalan Raya Surabaya - Probolinggo Km 64,5 kemudian berbelok ke selatan (arah kanan kalau dari Surabaya) sekitar 1 Km. Obyek Wisata ini menyediakan berbagai permainan air atau persewaan perahu yang bisa digunakan oleh pelancong untuk menikmati keindahan alamnya. Bagi anda yang mempunyai hobi memancing, tidak ada salahnya untuk mencoba peruntungan di danau ini, karena di tempat ini disediakan arena untuk memancing 

Read More »

Kebun Raya Purwodadi

0 komentar


Kebun Raya Purwodadi adalah sebuah wilayah perkebunan yang digunakan sebagai tempat observasi untuk kepentingan Pertanian Indonesia dari LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan juga di gunaka sebagai salah satu obyek wisata di Kabupaten Pasuruan.

Dengan luas 85 Hektar, Kebun Raya Purwodadi memiliki koleksi tumbuhan sebanyak 10.000 jenis pohon dan tumbuhan

Kebun Raya ini didirikan sejak 30 Januari 1941 oleh seorang Belanda Dr. Lourens Gerhard Marinus Baas Becking dan atas prakarsa Dr. Dirk Fon van Slooten. Kebun Raya Purwodadi merupakan pemekaran dari tiga Kebun Raya lainnya di Indonesia, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Semua kebun raya tersebut memiliki spesifikasi tersendiri pada masing-masing sektornya.
Kebun Raya Purwodadi  Pasuruan Terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kebun Raya Purwodadi  Pasuruan terletak di tepi jalan besar yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan. Jarak tempuh dari Malang adalah 24 Km ke arah Utara, dari Pasuruan 30 Km ke arah Barat Daya, dan dari Surabaya 65 Km ke arah Selatan. Kebun Raya Purwodadi Pasuruan ini juga dekat dengan tempat wisata di Malang seperti Jatim Park, BNS dan tempat wisata yang ekstrim yaitu rafting kaliwatu batu Malang. 
Luas Kebun Raya Purwodadi sekitar 85 ha, pada ketinggian 300 m dpl dengan topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan rata-rata per tahun 2366 mm dengan bulan basah antara bulan November dan Maret dengan suhu berkisar antara 22° - 32°C. 

Jalur Transportasi
Transportasi menuju Kebun Raya Purwodadi  Pasuruan - LIPI sangat mudah dan lancar, karena terletak di tepi jalan besar yang menghubungkan 3 kota, yaitu Malang, Surabaya, dan Pasuruan.
- Jalan Darat Terdapat 2 terminal sebagai alternatif tempat pemberangkatan menuju Kebun Raya Purwodadi - LIPI. Untuk area Malang dan sekitarnya, tersedia teminal bus Arjosari. Sedangkan untuk daerah Surabaya terdapat terminal Bungurasih. Kebun Raya Purwodadi - LIPI dilewati oleh jalur bus Surabaya-Malang dan angkutan antar kota Malang-Pasuruan atau Malang-Pandaan selama 24 jam.
- Jalur Udara Ada 2 alternatif bandara untuk menuju Kebun Raya Purwodadi. 1. Bandar udara (Bandara) di Malang, Abdurrahman Saleh, hanya melayani penerbangan domestik. 2. Bandar Udara (Bandara) di Surabaya, Juanda, melayani penerbangan domestik dan internasional. Transportasi dari dan menuju Bandara tersedia baik taksi, travel maupun bus.


- Kereta Api Perjalanan dengan Kereta Api, terdapat stasiun perberangkatan dan sekaligus pemberhentian yang paling dekat dengan Kebun Raya Purwodadi, yaitu, Stasiun Lawang. Untuk kereta kelas Bisnis dan Eksekutif hanya melayani jurusan Surabaya-Malang atau sebaliknya, sedangkan untuk kelas Ekonomi melayani semua jurusan kota-kota di Jawa Timur. Bagi pengunjung dari luar Jawa Timur, bisa menggunakan stasiun Malang Kota Baru ataupun stasiun Gubeng dan Semut di Surabaya sebagai tempat pemberhentian maupun pemberangkatan.


Read More »

Candi Jawi

0 komentar


Bicara Kota kecil pasuruan bukan berarti tanpa peninggalan sejarah, salah satunya ialah Candi Jawi. Candi Jawi (nama asli: Jajawa) adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan peninggalan bersejarah Hindu-Buddha Kerajaan Singhasari.  Candi Jawi terletak di kaki G. Welirang, tepatnya di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, sekitar 31 km dari kota Pasuruan. Bangunan candi dapat dikatakan masih utuh karena telah berkali-kali mengalami pemugaran. 

Candi Jawi dipugar untuk kedua kalinya tahun 1938-1941 dari kondisinya yang sudah runtuh. Akan tetapi, pemugaran tidak dapat dituntaskan karena banyak batu yang hilang dan baru disempurnakan pada tahun 1975-1980.
Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat beragama Syiwa-Buddha. Raja Kartanegara adalah seorang penganut ajaran Syiwa Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Hal ini memang agak mengherankan, karena letak Candi Jawi cukup jauh dari pusat Kerajaan Singasari. Diduga hal itu disebabkan karena rakyat di daerah ini sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajaran Syiwa-Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa saat Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, melarikan diri setelah Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jayakatwang dari Gelang-gelang (daerah Kediri), ia sempat bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura.

Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 m2, yang dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 m. Bangunan candi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga teratai. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m. Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah dengan atap yang bentuknya merupakan paduan antara stupa dan kubus bersusun yang meruncing pada puncaknya. Posisi Candi Jawi yang menghadap ke timur, membelakangi Gunung Pananggungan, menguatkan dugaan sebagian ahli bahwa candi ini bukan tempat pemujaan, karena candi untuk peribadatan umumnya menghadap ke arah gunung, tempat bersemayam kepada Dewa. Sebagian ahli lain tetap meyakini bahwa Candi Jawi berfungsi sebagai tempat pemujaan. Posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung dianggap sebagai akibat pengaruh ajaran Buddha.
Salah satu keunikan Candi Jawi adalah batu yang dipakai sebagai bahan bangunannya terdiri dari dua jenis. Dari Kaki sampai selasar candi dibangun menggunakan batu berwarna gelap, tubuh candi menggunakan batu putih, sedangkan atap candi menggunakan campuran batu berwarna gelap dan putih. Diduga candi ini dibangun dalam dua masa pembangunan. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pada tahun 1253 Saka (candrasengkala: Api Memanah Hari) Candi Jawi disambar petir. Dalam kejadian itu arca Maha Aksobaya menghilang. Hilangnya arca tersebut sempat membuat sedih Raja Hayam Wuruk ketika baginda mengunjungi Candi Jawi.  Setahun setelah disambar petir, Candi Jawi dibangun kembali. Pada masa inilah diperkirakan mulai digunakannya batu putih. Penggunaan batu putih tersebut juga mengundang pertanyaan, karena yang terdapat di kawasan G. Welirang kebanyakan adalah batu berwarna gelap. Kemungkinan batu-batu tersebut didatangkan dari pesisir utara Jawa atau Madura.
Kaki candi berdiri di atas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m dengan pahatan relief yang memuat kisah tentang seorang pertapa wanita. Tangga naik yang tidak terlalu lebar terdapat tepat di hadapan pintu masuk ke garba grha (ruang dalam tubuh candi). Pahatan yang rumit memenuhi pipi kiri dan kanan tangga menuju selasar. Sedangkan pipi tangga dari selasar menuju ke lantai candi dihiasi sepasang arca binatang bertelinga panjang.



Di sekeliling tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar. Bingkai pintunya polos tanpa pahatan, namun di atas ambang pintu terdapat pahatan kalamakara, lengkap dengan sepasang taring, rahang bawah, serta hiasan di rambutnya, memenuhi ruang antara puncak pintu dan dasar atap. Di kiri dan pintu terdapat relung kecil tempat meletakkan arca. Di atas ambang masing-masing relung terdapat pahatan kepala makhluk bertaring dan bertanduk.
Ruangan dalam tubuh candi saat ini dalam keadaan kosong. Tampaknya semula terdapat arca di dalamnya. Negarakertagama menyebutkan bahwa di dalam bilik candi terdapat arca Syiwa dengan Aksobaya di mahkotanya. Selain itu disebutkan juga adanya sejumlah arca dewa-dewa dalam kepercayaan Syiwa, seperti arca Mahakala dan Nandiswara, Durga, Ganesha, Nandi, dan Brahma. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih berada di tempatnya. Konon arca Durga kini disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya.
Dinding luar tubuh candi dihiasi dengan relief yang sampai saat masih belum ada yang berhasil membacanya. Mungkin karena pahatannya yang terlalu tipis. Mungkin juga karena kurangnya informasi pendukung, seperti dari prasasti atau naskah. Kitab Negarakertagama yang menceritakan candi ini secara cukup rincipun sama sekali tidak menyinggung soal relief tersebut. Menurut juru kunci candi, relief itu harus dibaca menggunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum jam), seperti yang digunakan dalam membaca relief di Candi Kidal. Masih menurut juru kunci candi, relief yang terpahat di tepi barat dinding utara menggambarkan peta areal candi dan wilayah di sekitarnya.

Antara pelataran belakang candi yang cukup luas dan tertata rapi dengan perkampungan penduduk dibatasi oleh sebuah sungai kecil. Di sudut selatan pelataran terdapat reruntuhan bangunan yang terbuat dari bata merah. Sepertinya bangunan tersebut tadinya adalah sebuah gapura, namun tidak ada keterangan yang bisa didapat mengenai bentuk dan fungsinya semula.
Gimana tertarik untuk kesana? langsung saja Tkperlu berfikir lama.


Read More »